Posted by : Andri
Tuesday, 30 September 2014
Mengasah Keterampilan Berpikir Kreatif
Terampilan berpikir kreatif merupakan salah satu
kompetensi yang sangat penting dalam membangun pilar belajar yang bernilai
untuk membangun daya kompetisi bangsa dalam meningkatkan mutu produk
pendidikan. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kecakapan mengolah pikiran
untuk menghasilkan ide-ide baru agar produk bangsa kita tidak kalah oleh produk
bangsa lain.
Kecakapan berpikir
kreatif adalah kecakapan berpikir kritis. Dalam web Komunitas Berpikir
Kritis dijelaskan bahwa berpikir kritis merupakan aktivitas yang
berdisiplin dalam mengembangkan konsep, menganalisis, mensintesis,
dan_ atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari pengalaman
mengobservasi, merefleksi, mengembangkan penalaran melalui komunikasi yang
digunakan sebagai landasan mengembangkan keyakinan dan tindakan.
Terdapat perbedaan
makna kecakapan berpikir kreatif dengan berpikir kritis. Pengembangan berpikir
kreatif lebih menegaskan pada menghasilkan proses yang menghasilkan ide-ide
baru. Sedangkan berpikir kritis lebih menekankan pada disiplin mengembangkan
konsep, menganalisis, mensintesis, dan_atau mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan sehingga memdapatkan kesimpulan yang tepat.
Keterampilan berpikir
kreatif menurut Jurnal Harvard yang dikutip oleh Yodia Antariksa memiliki
empat pilar, yaitu
1 : Associating. ketrampilan mengkoneksikan sejumlah perspektif
dari beragam disiplin yang berbeda sehingga membentuk gagasan yang
kreatif. Asosiasi menggunakan kemampuan dan kekayaan wawasan dan
mengaplikasikannya dalam bidang tertentu sehingga menghasilkan temuan
baru yang inovatif.
2 : Questioning. Mengenai kecerdasan bertanya, Plato
menyatakan “Kecerdasan seseorang tidak diukur dari seberapa bagus ia
memberikan jawaban, namun dari ketrampilannya meracik sebuah pertanyaan”. Di
Inggris dikembangkan kriteria standar keterampilan bertanya yang sejak dulu
Indonesia menggunakan dalam slogan, SIABIDIMAB (siapa, apa, bilamana, dimana,
mengapa dan bagaimana)
Siswa yang kreatif
adalah siswa yang selalu bertanya. Mereka mendedahkan serangkaian pertanyaan
yang mereka rumuskan sehingga mendapatkan aneka gagasan baru. Di balik
pertanyaan terbentang luas hamparan gagasan kreatif yang menunggu untuk
diekspresikan.
3: Observing. Kemampuan melakukan observasi
telah melahirkan banyak ide. Mengapa diadakan perjalan bisnis, study tour,
studi bandin? Jawabannya, perjalanan selalu membawa berkah tumbuhya ide baru.
Kemahiran siswa melakukan observasi dan ketajaman mencium peluang mengembangkan
inovasi dibaliknya, merupakan energi siswa berkreasi. Salahnya banyak sekolah
mengganti observasi lingkungan dengan cerita sehingga bangun imajinasi kreatif
ditumpulkan guru-guru dalam kelas.
4 : Experimenting. Kita mengenal kisah indah dari Thomas Alva Edison yang
melakukan eksperimen sebanyak dua ribu kali sebelum akhirnya menemukan bohlam
lampu yang sekarang membuat jutaan orang tidak tidur semalam suntuk, yang
membuat pesawat terbang bebas terbang kapan saja, yang membuat pabrik beropresi
siang malam sehingga menghabiskan sumber daya alam dengan cepat, yang membuat
orang belajar di malam gelap.
Siswa yang kreatif yang tidak takut salah dan mencoba berulang-ulang sampai
targetnya tercapai. Mereka juga tak pernah takluk ketika eksperimen gagasan
barunya itu kandas. Mereka selalu terus mencoba dan mencoba, sehingga
gagasannya berubah menjadi kenyataan.
Guru yang mampu
mengembangkan kecakapan berpikir kritis adalah yang dapat menfasilitasi
berkembangnya kecakapan siswa menyempurnakan, memperbaharui, memperbaiki,
membuat sesuatu lebih artistik, menngekspresikan imajinasinya sehingga
memainkan segala sesuatu dalam pikirannya agar lebih indah, lebih mudah,
lebih praktis, lebih cepat, lebih kuat, lebih aman daripapada sebelumnya.
Untuk mengembangkan
sistem pembelajaran seperti yang diharapkan guru memang memiliki keterbatasan
dalam mengembangkan model pengaturan kelas, interaksi dalam kelas,
skenario pembelajaran yang dirancang, materi yang disajikan, strategi
pembelajaran yang harus dikemas dalam RPP, hingga harus mengejar target lulus
Ujian Nasional.
Bagaimana guru mengembangkan pembelajaran yang memicu siswa
berpikir kreatif?
Tugas utama guru dalam
mengelola pembelajaran untuk mengasah keterampilan siswa berpikir kreatif
mencakup peningkatan keterampilan guru dalam merancang skenario mengelola
kelas, merancang perencanaan pembelajaran melalui perumusan RPP,
menerapkan rencana pembelajaran dalam kegiatan belajar siswa, menilai proses
dan hasil belajar, dan mengevaluasi pembelajaran.
Meningkatkan
keterampilan guru dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas menggambarkan tetang
proses untuk memastikan bahwa pembelajaran dalam kelas dapat berjalan lancar
tanpa terganggu dengan perilaku prilaku siswa yang mengganggu (Wikipedia).
Dr Robert DiGiulio
(Wikipedia) melihat manajemen kelas yang positif merupakan hasil dari
terkelolanya empat faktor: bagaimana guru mempersepsikan siswa mereka
dilihat dari dimensi spiritual, bagaimana mereka mengatur lingkungan kelas
dilihat dari dimensi fisik, seberapa baik mereka mengelola perilaku siswa
dilihat dari dimensi manajerial dan bagaimana mengajarkan terampil
penguasaan materi atau dilihat dari dimensi pembelajaran.
Pelayanan belajar yang
adil kepada seluruh siswa dengan dilakukan secara ihlas merupkan kunci
keberhasilan utama. Jika didasari dengan keihlasan, maka guru akan
memperlakukan seluruh siswa secara adil. Yang memerlukan pelayanan lebih akan
diberi lebih, yang memerlukan pelayanan cepat akan diberi layanan cepat.
Kapasitas layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa belajar.
Pengaturan cara siswa
duduk agar mereka dapat berkomunikasi, berinteraksi, dan berkolaborasi menjadi
pertimbangan penting. Hal yang lebih penting lagi adalah memfasilitasi siswa
mengekspresikan pikiran, bertanya, mengomentari, bebas dari rasa takut
bersalah, adalah hal penting yang guru perlu kembangkan melalui penciptaan
suasana kelas yang kondusif.
Pengaturan siswa
belajar sangat dianjurkan tidak selalu menggunakan interaksi dalam kelas. Guru
dapat mengatur siswa melakukan observasi lapangan untuk mengamati gejala alam
atau gejala sosial di sekitar lingkungan sekolah. Pilar pengembangan
keterampilan melakukan kegiatan observasi merupakan bagian penting dalam
mengembangkan keterampilan berpikri kreatif.
Mulailah dengan
merumuskan masalah, menentukan gejala yang akan dioberservasi, menghimpun data
dalam bentuk catatan, foto, bukti kegiatan dan siswa dapat kembali ke
kelas untuk berdiskusi serta menyusun dan mengolah data serta menyusun kesimpulan.
Karya siswa yang telah
siswa hasilkan melalui pengalaman belajar dipresentasikan dalaam kelompok.
Hasil terbaik dipresentasikan kelompok dalam kelas. Peserta diskusi wajib
mengajukan pertanyaan, jawaban, komentar, persetujuan, belajar berbeda pendapat,
berbicara santun dan rendah hati. Selanjutnya siswa mendapatkan tes yang
harus dikerjakan secara individual. Begitulah contoh model pembelajaran yang
bergerak dinamis.
Kebaikan lain yang
perlu guru kembangkan adalah merancang dan mengelola prilaku siswa dalam kelas
atau di luar kelas. Yang paling penting di sini adalah bagaimana proses belajar
dengan menggunakan cara yang baru berjalan dan bagaimana hasil belajar yang
lebih baik terwujud. Siswa dapat menunjukkan hasil belajarnya. Bisa dengan
bantuan teknologi atau tanpa teknologi.
Pengembangan
keterampilan berpikir kreatif merupakan level berpikir kelas tinggi. Hal ini
harus tercermin dalam indikator hasil belajar yang guru kembangkan dalam RPP.
Jika analisis menggunakan ranah kognitif Bloom, maka berikut contoh kata kerja
yang dapat guru pilih dalam bentuk:
Related Posts :
- Back to Home »
- Mengasah Keterampilan Berpikir Kreatif »
- Mengasah Keterampilan Berpikir Kreatif