Archive for September 2014
Yuk Jadi Guru yang Kreatif dan
Produktif!
Saat ini masih banyak guru yang belum kreatif dan produktif.
Mereka hanya menjadi guru yang sebatas mengajar saja. Padahal banyak
sekali yang bisa dikembangkan dari mata pelajaran yang diampunya. Bahkan guru
bisa menjadi seorang entrepreneurship yang handal di bidang
pendidikan. Mereka tak perlu berdagang, tetapi cukup menjadi guru yang kreatif
dan produktif. Salah satu cirinya adalah mereka mampu merancang
kegiatan pembelajaran yang efektif, dan berkualitas.
Apa sih guru yang kreatif itu? Lalu apa pula guru produktif?
Mari kita jawab pertanyaan ini dengan sebuah senyuman manis terlebih dahulu di
bibirmu. Siapa tahu anda dapat menjadi seorang edupreneurship yang
mampu membuat model desain sistem pembelajaran yang menyenangkan sekaligus
membahagiakan.
Guru kreatif adalah guru yang tak pernah puas dengan apa yang
disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha menemukan cara-cara baru
untuk menemukan potensi atau bakat unik siswa. Baginya, setiap tahun harus ada
kreativitas yang dikembangkan dalam dirinya. Sehingga materi yang
disampaikannya tak melulu itu-itu saja setiap tahunnya. Bila dia mengajar sudah
10 tahun, maka 10 tahun itulah dia mengulang materi yang itu-itu saja tanpa ada
kreativitas di dalamnya. Padahal setiap tahun tentu kita akan mengalami peserta
didik yang tidak sama dengan tahun sebelumnya. Di situlah guru dituntut harus
kreatif dalam menyampaikan bahan ajarnya sehinggsa sampai ke otak siswa dengan
cara-cara menyenangkan.
Hanya guru-guru kreatiflah yang bisa melakukan itu. Dia kan
berusaha untuk berani mencoba cara-cara baru melalui penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Dengan begitu guru diharapkan rajin untuk membaca buku dalam menemukan
metode pembelajaran terbaru, dan tidak hanya ceramah melulu. Peserta didik
benar-benar terlibat aktif dan terjadi inreraksi dua arah di dalamnya.
Guru produktif adalah guru kreatif yang tidak pernah puas dengan
pembelajaran yang dilaksanakannya. Dia selalu melakukan refleksi diri melalui
penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya sendiri. Melalui kolaborasi dengan
teman sejawat, dia akan memperbaiki kekurangannya dalam pembelajaran, dan
segera dituliskannya. Hal itulah yang membuatnya menjadi produktif. Apa yang
dikerjakannya selalu dituliskan.
Guru produktif akan menuliskan apa yang dikerjakan dan
mengerjakan apa yang dituliskan. Konsisten dan komitmen dalam menjaga diri untuk menulis
membuatnya menjadi guru yang produktif. Salah satu contoh yang paling mudah
adalah buku pelajaran yang diampunya sudah dibuatnya sendiri dengan perbaikan
terus menerus. Diapun belajar dari penulis buku lainnya. Dengan begitu terjadi
edupreneurship dimana guru dilatih dan berlatih untuk membuat buku yang
berkualitas.
Edupreneurship akan menumbuhkan kebiasaan guru untuk
menulis. Menghasilkan tulisan yang kreatif, menarik, dan memiliki nilai
komersial dengan dukungan sarana TIK. Selain itu guru akan mampu menumbuhkan
jiwa kewirausahaan untuk dapat ditularkan kepada anak didik melalui metode pembelajaran.
Pada akhirnya akan merubah guru dari sekedar user (pengguna)
buku pelajaran menjadi writer/ producer (penghasil/penulis)
buku dan materi pelajaran yang dikuasainya.
Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk
memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya untuk meningkatkan
efektifitas proses pembelajaran selalu dilakukan tanpa henti. Proses
pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah sistem dengan komponen-komponen
yang berinterfungsi satu sama lain. Dalam sebuah sistem, komponen yang satu
akan menjadi masukan bagi komponen-komponen yang lain dalam mencapai tujuan.
Guru kreatif akan dapat menangkap peluang itu dan membuatnya
menjadi guru produktif. Selalu saja ada ide-ide segar yang membuatnya menemukan
sistem pembelajaran dengan berbagai model. Bahkan, dia mampu membuat media
pembelajarannya sendiri untuk membantu para peserta didiknya menerima materi
pelajaran dengan baik. Tak salah, bila guru seperti itu menjadi guru
yang kaya. Guru yang tak pernah kehabisan ide kreatifnya, dan membuatnya
menjadi semakin produktif dalam menjadi guru di era baru.
Guru di era baru adalah guru yang mampu melihat perubahan yang
terus terjadi. Dia menempatkan siswa sebagai komponen penting dalam sitem
pembelajaran di sekolah, karena siswa merupakan subyek dari proses dan
aktivitas pembelajaran. Pembelajaran harus menjadi sebuah aktivitas yang
berfokus pada siswa, dan bukan pada guru yang terlalu dominan di kelas.
Setiap siswa merupakan individu yang unik dengan potensi
kemampuan yang berbeda-beda. Howard Gardner-psikolog dan ilmuwan dari
Harvard University mengemukakan sebuah dimensi baru tentang kecerdasan
manusia. Kecerdasan itu adalah matematis-Logis, kecerdasan
visual-spasial, kecerdasan kinestetis, kecerdasan musikal ritmis, kecerdasan
verbal-linguistik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalistik.
Guru kreatif akan mampu menemukan kecerdasan setiap peserta
didiknya. Diapun menjadi produktif karena apa yang ditemukannya menjadi bahan
pembelajaran yang menarik. Kalau sudah begitu, edupreneurship atau
pendidikan kewirausahaan tinggal disisipkan saja sebagai bumbu yang membuat
peserta didik akhirnya mampu mandiri dan bermental pengusaha. Mental pengusaha
akan membuatnya tak akan pernah menyerah dalam kondisi apapun. Dia akan terus
berjuang secara mandiri dan mampu memotivasi dirinya sendiri.
Sudahkah kita sebagai guru merubah mind
set mereka dari bermental pegawai menjadi bermental pengusaha? Bila jawabannya sudah, maka sekolah tak
akan melahirkan lulusan yang menjadi pengangguran terdidik. Buat
apa sekolah kalau para guru tidak mampu melahirkan peserta didik yang
bermental enterpreneurship. Oleh karenanya para guru harus memiliki
ilmu edupreneurship yang membuatnya terlatih menjadi guru yang
kreatif, dan produktif.
Kreatif bukan ilmu yang bisa dipelajari tapi sesuatu yang bisa
dilatih dengan mulai dari yang sederhana. Bagi siswa, peran guru atau pengajar
mempunyai andil yang besar untuk keberhasilan masa depan siswanya. Semoga
banyak Guru di Indonesia semakin kreatif, dan para edukator kita
mempunyai “entrepreneurship mind set” untuk anak didiknya,
Insya Allah … amin.
Mengasah Keterampilan Berpikir Kreatif
Terampilan berpikir kreatif merupakan salah satu
kompetensi yang sangat penting dalam membangun pilar belajar yang bernilai
untuk membangun daya kompetisi bangsa dalam meningkatkan mutu produk
pendidikan. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kecakapan mengolah pikiran
untuk menghasilkan ide-ide baru agar produk bangsa kita tidak kalah oleh produk
bangsa lain.
Kecakapan berpikir
kreatif adalah kecakapan berpikir kritis. Dalam web Komunitas Berpikir
Kritis dijelaskan bahwa berpikir kritis merupakan aktivitas yang
berdisiplin dalam mengembangkan konsep, menganalisis, mensintesis,
dan_ atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari pengalaman
mengobservasi, merefleksi, mengembangkan penalaran melalui komunikasi yang
digunakan sebagai landasan mengembangkan keyakinan dan tindakan.
Terdapat perbedaan
makna kecakapan berpikir kreatif dengan berpikir kritis. Pengembangan berpikir
kreatif lebih menegaskan pada menghasilkan proses yang menghasilkan ide-ide
baru. Sedangkan berpikir kritis lebih menekankan pada disiplin mengembangkan
konsep, menganalisis, mensintesis, dan_atau mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan sehingga memdapatkan kesimpulan yang tepat.
Keterampilan berpikir
kreatif menurut Jurnal Harvard yang dikutip oleh Yodia Antariksa memiliki
empat pilar, yaitu
1 : Associating. ketrampilan mengkoneksikan sejumlah perspektif
dari beragam disiplin yang berbeda sehingga membentuk gagasan yang
kreatif. Asosiasi menggunakan kemampuan dan kekayaan wawasan dan
mengaplikasikannya dalam bidang tertentu sehingga menghasilkan temuan
baru yang inovatif.
2 : Questioning. Mengenai kecerdasan bertanya, Plato
menyatakan “Kecerdasan seseorang tidak diukur dari seberapa bagus ia
memberikan jawaban, namun dari ketrampilannya meracik sebuah pertanyaan”. Di
Inggris dikembangkan kriteria standar keterampilan bertanya yang sejak dulu
Indonesia menggunakan dalam slogan, SIABIDIMAB (siapa, apa, bilamana, dimana,
mengapa dan bagaimana)
Siswa yang kreatif
adalah siswa yang selalu bertanya. Mereka mendedahkan serangkaian pertanyaan
yang mereka rumuskan sehingga mendapatkan aneka gagasan baru. Di balik
pertanyaan terbentang luas hamparan gagasan kreatif yang menunggu untuk
diekspresikan.
3: Observing. Kemampuan melakukan observasi
telah melahirkan banyak ide. Mengapa diadakan perjalan bisnis, study tour,
studi bandin? Jawabannya, perjalanan selalu membawa berkah tumbuhya ide baru.
Kemahiran siswa melakukan observasi dan ketajaman mencium peluang mengembangkan
inovasi dibaliknya, merupakan energi siswa berkreasi. Salahnya banyak sekolah
mengganti observasi lingkungan dengan cerita sehingga bangun imajinasi kreatif
ditumpulkan guru-guru dalam kelas.
4 : Experimenting. Kita mengenal kisah indah dari Thomas Alva Edison yang
melakukan eksperimen sebanyak dua ribu kali sebelum akhirnya menemukan bohlam
lampu yang sekarang membuat jutaan orang tidak tidur semalam suntuk, yang
membuat pesawat terbang bebas terbang kapan saja, yang membuat pabrik beropresi
siang malam sehingga menghabiskan sumber daya alam dengan cepat, yang membuat
orang belajar di malam gelap.
Siswa yang kreatif yang tidak takut salah dan mencoba berulang-ulang sampai
targetnya tercapai. Mereka juga tak pernah takluk ketika eksperimen gagasan
barunya itu kandas. Mereka selalu terus mencoba dan mencoba, sehingga
gagasannya berubah menjadi kenyataan.
Guru yang mampu
mengembangkan kecakapan berpikir kritis adalah yang dapat menfasilitasi
berkembangnya kecakapan siswa menyempurnakan, memperbaharui, memperbaiki,
membuat sesuatu lebih artistik, menngekspresikan imajinasinya sehingga
memainkan segala sesuatu dalam pikirannya agar lebih indah, lebih mudah,
lebih praktis, lebih cepat, lebih kuat, lebih aman daripapada sebelumnya.
Untuk mengembangkan
sistem pembelajaran seperti yang diharapkan guru memang memiliki keterbatasan
dalam mengembangkan model pengaturan kelas, interaksi dalam kelas,
skenario pembelajaran yang dirancang, materi yang disajikan, strategi
pembelajaran yang harus dikemas dalam RPP, hingga harus mengejar target lulus
Ujian Nasional.
Bagaimana guru mengembangkan pembelajaran yang memicu siswa
berpikir kreatif?
Tugas utama guru dalam
mengelola pembelajaran untuk mengasah keterampilan siswa berpikir kreatif
mencakup peningkatan keterampilan guru dalam merancang skenario mengelola
kelas, merancang perencanaan pembelajaran melalui perumusan RPP,
menerapkan rencana pembelajaran dalam kegiatan belajar siswa, menilai proses
dan hasil belajar, dan mengevaluasi pembelajaran.
Meningkatkan
keterampilan guru dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas menggambarkan tetang
proses untuk memastikan bahwa pembelajaran dalam kelas dapat berjalan lancar
tanpa terganggu dengan perilaku prilaku siswa yang mengganggu (Wikipedia).
Dr Robert DiGiulio
(Wikipedia) melihat manajemen kelas yang positif merupakan hasil dari
terkelolanya empat faktor: bagaimana guru mempersepsikan siswa mereka
dilihat dari dimensi spiritual, bagaimana mereka mengatur lingkungan kelas
dilihat dari dimensi fisik, seberapa baik mereka mengelola perilaku siswa
dilihat dari dimensi manajerial dan bagaimana mengajarkan terampil
penguasaan materi atau dilihat dari dimensi pembelajaran.
Pelayanan belajar yang
adil kepada seluruh siswa dengan dilakukan secara ihlas merupkan kunci
keberhasilan utama. Jika didasari dengan keihlasan, maka guru akan
memperlakukan seluruh siswa secara adil. Yang memerlukan pelayanan lebih akan
diberi lebih, yang memerlukan pelayanan cepat akan diberi layanan cepat.
Kapasitas layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa belajar.
Pengaturan cara siswa
duduk agar mereka dapat berkomunikasi, berinteraksi, dan berkolaborasi menjadi
pertimbangan penting. Hal yang lebih penting lagi adalah memfasilitasi siswa
mengekspresikan pikiran, bertanya, mengomentari, bebas dari rasa takut
bersalah, adalah hal penting yang guru perlu kembangkan melalui penciptaan
suasana kelas yang kondusif.
Pengaturan siswa
belajar sangat dianjurkan tidak selalu menggunakan interaksi dalam kelas. Guru
dapat mengatur siswa melakukan observasi lapangan untuk mengamati gejala alam
atau gejala sosial di sekitar lingkungan sekolah. Pilar pengembangan
keterampilan melakukan kegiatan observasi merupakan bagian penting dalam
mengembangkan keterampilan berpikri kreatif.
Mulailah dengan
merumuskan masalah, menentukan gejala yang akan dioberservasi, menghimpun data
dalam bentuk catatan, foto, bukti kegiatan dan siswa dapat kembali ke
kelas untuk berdiskusi serta menyusun dan mengolah data serta menyusun kesimpulan.
Karya siswa yang telah
siswa hasilkan melalui pengalaman belajar dipresentasikan dalaam kelompok.
Hasil terbaik dipresentasikan kelompok dalam kelas. Peserta diskusi wajib
mengajukan pertanyaan, jawaban, komentar, persetujuan, belajar berbeda pendapat,
berbicara santun dan rendah hati. Selanjutnya siswa mendapatkan tes yang
harus dikerjakan secara individual. Begitulah contoh model pembelajaran yang
bergerak dinamis.
Kebaikan lain yang
perlu guru kembangkan adalah merancang dan mengelola prilaku siswa dalam kelas
atau di luar kelas. Yang paling penting di sini adalah bagaimana proses belajar
dengan menggunakan cara yang baru berjalan dan bagaimana hasil belajar yang
lebih baik terwujud. Siswa dapat menunjukkan hasil belajarnya. Bisa dengan
bantuan teknologi atau tanpa teknologi.
Pengembangan
keterampilan berpikir kreatif merupakan level berpikir kelas tinggi. Hal ini
harus tercermin dalam indikator hasil belajar yang guru kembangkan dalam RPP.
Jika analisis menggunakan ranah kognitif Bloom, maka berikut contoh kata kerja
yang dapat guru pilih dalam bentuk:
Guru Yang Baik
Beberapa waktu lalu berlangsung workshop pengembangan SMA
RSBI dilaksanakan di Bandung, salah satu pembicara pada kegiatan
adalah Prof. Muklas Samani dari Surabaya. Pada awal pertemuan beliau menyajikan
cerita murid yang tidak berhasil karena gurunya tidak dapat memberikan
pengetahuan dan keterampilan terbaik.
Alkisah terdapat
seorang laki-laki lulusan SMA A. Semasa belajar di sekolahnya, ia tidak
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya
sehingga ia tidak dapat diterima jadi pegawai di perusahaan mana pun.
Pada satu hari ia
terdesak kebutuhan, anaknya yang baru lahir memerlukan susu. Karena kasih
kepada anaknya, ia mencuri susu di sebuah pusat perbelanjaan. Dan…ia ketahuan
mencuri, lalu dipukuli masa, sampai meninggal.
Di alam kubur ia diperiksa
malaikat, dalam pemeriksaan ia menyatakan bahwa benar ia mencuri kerena
terdesak dengan kasih sayang kepada anaknya.
“Tapi, mengapa kamu
mencuri?”
” Karena saya tidak
punya uang!”
“Mengapa tidak
berusaha cari uang?”
“Karena saya tidak
memiliki keterampilan untuk bekerja!”
” Ya. Sudah kamu masuk
neraka!”
” Tuan Malaikat, ada
satu hal yang saya usul sebelum saya masuk neraka, tolong masukan pula
orang-orang yang menyebabkan saya tidak memiliki keterampilan!”
Karuan saja karena
sebagian besar peserta adalah guru, maka cerita pun disikapi gelak tawa. dan
guru mengerti bahwa pekerjaannya tidak hanya terkait pada kepentingan
jangka pendek, namun keberhasilan mendidik itu didedikasikan pada kepentingan
siswa jangka panjang hingga di menentukan sukses di akhiratnya.
Diskusi dilanjutkan
dengan mengidentifikasi guru yang baik.Menurut peserta guru yang baik itu
selalu meperhatikan muridnya. Kalau mau mengajar bercerita dulu sehingga
membuat siswa senang bersamanya. Guru yang baik memiliki kedekatan psikologis
dengan siswanya sehingga kolaborasi guru dengan siswa tidak terkendala.
Diskusi berlanjut
mengidentifikasi indikator guru yang baik. Guru yang baik selalu memperhatikan
muridnya, sekali pun pelajaran telah selesai muridnya muridnya masih mau
belajar. Murid-muridnya masih asik melanjutkan beraktivitas. Dalam berinteraksi
guru yang baik siap dibantah siswanya karena guru berpendirian haram guru
menyalahkan muridnya. Guru berpandangan haram menyalahkan dan membantah siswa
karena siswa yang bisa membantah berarti siswa yang berpendirian dan berani
bicara atau bertanya. Guru yang baik adalah guru yang dapat dikagumi atau
diidolakan siswanya.
Guru yang baik itu bak
pelawak. Mungkin tidak ada rumus atau teknik yang baku. Jika di lapangan harus
berubah, maka bergantung pada situasi, jika harus berubah maka berubahlah
asalkan tetap efektif. Oleh karena itu, jangan-jangan kurikulum kita itu
terlalu kaku sehingga tidak memberikan ruang gerak untuk berkreasi.
Guru yang baik
ternyata membuat siswanya berhasil. Guru yang menggunakan waktu sependek
mungkin, namun siswanya mencapai tujuan yang diharapkan. Pengalaman memberikan
pengetahuan dan keterampilan membuat siswa belajar sendiri. Guru yang baik
dapat membina siswanya sehingga siswa mengembangkan inisiatifnya sendiri
seperti siswa melaksanakan solat tanpa perlu disuruh.
Guru yang baik itu
inspiratif, pandai membuat siswa berpikir bahkan bisa membuat sesuatu. Dalam
kondisi seperti ini, guru tahu bisa apa siswa sebelumnya sehingga mamahami apa
yang harus siswa capai. Dengan demikian guru yang baik memahami yang
sesungguhnya siswa butuhkan. Jika yang dilatih adalah menyelesaikan dalam hidup
guru dapat menggunakan contoh pertanyaan berikut. Jika kamu akan pergi ke pasar
sebaiknya memilih jalan yang mana?
Dengan pertanyaan itu
berarti siswa dapat mengembangkan pikirannya sendiri, memilih berbagai
alternatif. Oleh karena itu, mata pelajaran pada dasarnya perupakan alat untuk
mengantarkan pikiran siswa untuk merumuskan pikiran dalam wadah yang namanya
mata pelajaran, namun sebenarnya siswa dapat menyelesaikan dalam berbagai
dimensi yang lain yang dibutuhkan dalam hidup.
Penjelasannya pun
dicukupkan dengan saran, guru-guru jangan terjebak dengan output untuk
kepentingan jangka pendek, tatepi berilah siswa kita bekal untuk hidup pada
jamannya. Pendidikan yang baik adalah membuat siswa kita berhasil.
Jadi, jangan-jangan
yang kita berikan kepada siswa itu tidak mendukung sukses hidupnya, melainkan
hanya mengungkung siswa dalam ruangan untuk beberapa tahun dan tidak
mendapatkan hal yang sesungguhnya siswa perlukan untuk hidupnya.
Cara Menghilangkan
Rasa Malas Siswa Saat Belajar Di Kelas
Salah
satu hal yang membuat kita ketinggalan pelajaran adalah ketika kita merasakan
jenuh atau bosan. Apalagi, jam pelajaran eksak yang diletakkan di akhir
pelajaran. Lapar dan kantuk biasa terjadi, terutama pada sekolah-sekolah yang
menerapkan sistem full-day dan bimbingan belajar. Kelas 9 misalnya,
hampir setiap hari ketika dekat bulan ujian, mau tak mau mereka harus berkutat
dengan setumpuk soal untuk latihan.
Ketika
guru memberikan pelajaran tambahan atau bimbingan belajar, tidaklah heran jika
siswa banyak yang tidur dan merasa tidak bersemangat dalam belajar akibat
kelelahan dalam mempelajari soal latihan ujian.
Jika
murid bosan, maka tidak guru saja yang di benci melainkan pelajarannya yang
seakan -akan "dimusuhi" oleh murid. Akibatnya anak malas belajar dan
mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Hal ini kebanyakan akan kembali
dipertanyakan oleh orang tua murid kepada gurunya yang mengajar bidang studi
tersebut. Sebagai guru, apakah anda mau mengalami seperti dipersalahkan oleh
orang tua murid hanya karena nilai anak yang buruk? Tentu saja para guru ingin
memberikan ilmunya yang terbaik untuk anak didiknya.
Apakah
penyebab kejenuhan itu datang? Berikut adalah penyebab siswa mudah jenuh dalam
pelajaran:
1.
Tidak suka kepada guru pengajarnya
Siswa
akan merasa bosan bahkan tidak akan menganggap kalau dia sedang diajar, jika
siswa tersebut tidak suka atau bahkan membenci guru itu.
Ada
beberapa kemungkinan yang menyebabkan siswa tidak suka dengan gurunya:
a.
Mata Pelajaran (Mapel) yang diajarkan tidak disukai oleh siswanya
b.
Mapelnya tergolong sulit
c.
Gurunya kurang aktif (maksudnya, gurunya hanya duduk ditempatnya dan membacakan
materi tanpa ada kegiatan pengajaran lain)
d.
Gurunya galak (guru yang sering marah-marah tanpa sebab, bisa membuat siswanya
menjadi tidak menyukainya dan mapel yang diajarkannya)
2.
Lapar
Siswa/murid
juga akan merasa bosan jika saat jam pelajaran, perut mereka terasa lapar.
3.
Lelah / Capek
Siswa/murid
jika sudah merasa lelah, maka mereka akan merasa bosan sehingga tidak
memperhatikan gurunya.
4.
Siswa bosan atau jenuh dengan kegiatan yang monoton
Siswa
akan merasa bosan jika metode pembelajaran hanya seperti biasa yaitu
menerangkan, membacakan, menulis, dan memberi tugas serta mencocokkan dengan
metode biasa. Siswa butuh kegiatan lain yang lebih menyenangkan.
Apakah
anda sebagai guru menginginkan suasana pembelajaran seperti ini? Tentu saja
tidak bukan ? Lalu bagaimana solusi agar anak didik menyenangi pelajaran
tersebut?
Berikut
ini tips yang dapat dilakukan oleh guru di kelas supaya mengembalikan semangat
sekaligus memotivasi anak untuk belajar lebih giat:
1.
Ketika pertama masuk ke ruangan kelas usahakan untuk tidak langsung memulai
pelajaran terlebih dahulu, berikan api motivasi belajar sehingga anak didik
seakan-akan "terbakar" semangatnya untuk belajar. Murid akan
mencontoh gurunya ketika gurunya memiliki semangat ketika masuk kekelas.
2.
Ketika anda sudah berada di kelas, tunjukkan bahwa anda adalah guru yang
"fun" atau "humoris" agar siswa selalu merasa senang dan
nyaman.
3.
Buatlah suatu kegiatan atau aktifitas yang lain tapi masih ada hubungannya
dengan mata pelajaran yang anda ajarkan. Misalnya tebak-tebakkan, drama,
bernyanyi, dsb.
4. Saat
sedang mengajar, usahakan untuk tidak berada di kursi guru terus menerus.
Berkelilinglah sesaat untuk lebih dekat dengan siswa/murid sambil memperhatikan
apa yang murid kerjakan.
5.
Guru yang "Killer" membuat pembelajaran serasa di kejar hantu oleh anak
didik. Hal ini akan membuat anak trauma dengan pembelajaran yang diberikan.
Untuk itu berikan sugesti kepada siswa dengan menunjukkan bahwa anda tidak
seram dan tidak menakutkan.
6.
Buatlah metode pembelajaran anda menjadi lebih menyenangkan dan mudah diingat.
Misalnya menghafalkan rumus dengan menyanyikannya menggunakan lagu,
menghafalkan rumus dengan jalan keledai, dsb
7.
Katakanlah semua pelajaran itu tidak sulit dan usahakan anda bertanya atau
pancing anak-anak didik untuk bertanya soal - soal manakah yang sulit supaya
anda dapat memberikan solusi kepadanya agar bisa dalam mengerjakan soal yang
sulit tadi.
Sebenarnya
supaya anak didik dapat mengerti, lakukanlah pendekatan layaknya anak sendiri
sehingga anak didik belajar dengan nyaman dan satu lagi, tanamkan budaya
bertanya pada anak didik agar ia tidak lagi malu-malu bertanya namun bisa
mengetahui apa yang belum ia ketahui karena sifat manusia adalah ingin
mengetahui.
Pengutip : Moh.Safi'i
Pengutip : Moh.Safi'i
(Dikutip
dari berbagai sumber)
Siswa-siswi SMK Izzata mengikuti workshop di UNAS Jakarta
Thursday, 25 September 2014
Posted by Andri
Tag :
Workshop UNAS 2014